Nama : TATIK PRISNAMASARI
Nim :
12591140
Prodi : PGMI VI E
Tugas : Pendidikan Bahasa Indonesia
Soal
1. Jelaskan
pengertian pemerolehan bahasa dan pembelajaran bahasa ?
2. Jelaskan
perbedaan konsep pemerolehan bahasa dari sudut pandang psikoliguistik dan sosiolinguistik
?
3. Jelaskan
pengertian strategi pemerolehan bahasa ?
4. Jelaskan
tipe-tipe strategi pemerolehan bahasa yang di gunakan oleh pembelajaran anak ?
5. Menjelaskan
faktor penyebab penggunaan strategi pemerolehan bahasa oleh pembelajar anak ?
6. Jelaskan
perbedaan pendapat para ahli terhadap konsep perkembangan kognitif, sosiol
emosional, dan bahasa anak ?
7. Mengapa
perbedaan tersebut terjadi ?
8. Kemukakan
implikasi tahapan perkembangan kognitif anak terhadap pembelajaran BI di MI ?
9. Kemukakan
implikasi tahapan perkembangan sosial emosional anak terhadap pembelajaran BI
di MI ?
10. Kemukakan
implikasi tahapan perkembangan bahasa anak terhadap pembelajaran BI di MI ?
JAWABAN:
1. Pemerolehan bahasa adalah
kemampuan bawaan sejak lahir. Atau proses mendapatkan kemampuan untuk
menangkap, menghasilkan, dan mengunakan kata untuk pemahaman dan komunikasi
yang melibatkan berbagai kemampuan. [1]Bahasa
yang di peroleh bisa berupa vokal seperti pada bahasa lisan atau manual seperti
bahasa isyarat, pemerolehan bahasa biasanya berujuk pada pemerolehan bahasa
pertama yang mengkaji pemerolehan anak terhadap bahasa ibu mereka dan bukan
pemerolehan bahasa kedua yang mengkaji pemerolehan bahasa tambahan oleh anak-anak
atau orang dewasa. Pemerolehan bahasa adalah proses penguasaan bahasa anak yang
dilakukan secara alami yang diperolehnya dari lingkungannya dan bukan karena
sengaja mempelajarinya.Pemerolehan bahasa didapatkan secara otomatis (tidak
sadar).
Pembelajaran
bahasa adalah suatu proses penyampaian atau pewarisan
pengetahuan (bentuk kata secara tidak langsung) yang di peroleh dari orang tua
dan lingkungan sekitar.Atau adalah suatu proses secara sadar yang dilakukan oeh
anak (pembelajar) untuk menguasai bahasa yang dipelajarinya. Penguasaan bahasa
tersebut biasanya dilakukan melalui pengajaran yang formal dan dilakukan secara
intensif.[2]
2. Perbedaan
konsep pemerolehan bahasa dari sudut pandang psikoliguistik dan sosiolinguistik
·
Psikologilinguistik
lazim diartikan sebagai ilmu yang mencoba mempelajari hakikat bahasa, struktur
bahasa, bagaimana bahasa itu diperoleh, bagaimana bahasa itu bekerja, dan
bagaimana bahasa itu berkembang. Dalam hal ini psikolinguistik mencoba
menguraikan proses-proses psikologi pembelajaran yang berlangsung jika
seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya pada waktu
berkomunikasi, dan bagaimana kemampuan bahasa itu diperoleh oleh manusia.[3]
Berdasarkan aspek
psikolinguistik, pemerolehan bahasa dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Pada
pemerolehan spontan, penutur memusatkan perhatian pemerolehan bahasa secara
alamiah.
2. Pemerolehan
bahasa secara alamiah merupakan proses pemerolehan bahasa secara bawah sadar,
sedangkan pemerolehan bahasa melalui pembelajaran terjadi secara sadar.
Adapun pada pemerolehan bahasa terbimbing penutur
bahasa memusatkan perhatiannya pada aspek sistem bahasa.
·
Berdasarkan aspek
sosiolinguistik, pemerolehan bahasa didasarkan pada aspek latar dan
aktivitas yang dilakukan penutur bahasa.
3. Strategi pemerolehan
bahasa adalah usaha seseorang untuk memperoleh bentuk-bentuk tuturan yang
menyatakan suatu maksud dan dapat digunakan dalam komunikasi sehari-hari dengan
harapan untuk mencapai keberhasilan tujuan komunikasi yang diinginkan ketika
berinteraksi dengan mitra tutur.[4]
4. Tipe-tipe
strategi pembelajaran bahasa yang digunakan oleh anak sebagai berikut :
a) Mengingat
Mengingat memainkan peranan yang cukup penting dalam
belajar bahasa atau belajar apapun. Setiap pengalaman indrawi yang dilalui
anak, dicatat dalam benaknya. Ketika dia menyentuh, menyerap, mencium,
mendengar dan melihat sesuatu, memori anak merekamnya. Ingatan itu akan semakin
kuat apabila penyebutan akan benda atau peristiwa itu terjadi berulang-ulang.
Dengan cara ini anak akan mengingat bunyi, kombinasi bunyi atau kata, tentang
sesuatu sekaligus mengingat pula cara mengucapkannya.[5]
b) Meniru
Dalam belajar bahasa, anak pun menggunakan strategi
peniruan. Peniruan disini berarti mencontoh secara kreatif atau menginspirasi.
Peniruan yang dilakukan anak tidak selalu berupa pengulangan yang persis sama
atas apa saja yang didengarnya. Di satu sisi, anak secara bertahap dapat
memahami dan menggunakan tuturan yang lebih rumit. Di sisi lain secara
bersamaan anak pun membangun suatu sistem bahasa yang kemungkinan dia mengerti
dan memproduksi tuturan dalam bentuk dan jumlah yang tidak terbatas.
c) Memahami
Strategi lain yang mempercepat anak menguasai bahasa
pertamanya adalah mengalami langsung kegiatan berbahasa dalam konteks yang
nyata. Anak menggunakan bahasanya baik ketika berkomunikasi dengan orang lain,
maupun sewaktu sendirian. Dia menyimak dan berbicara langsung, dan sekaligus
memperoleh tanggapan dari mitra bicaranya.[6]
Dari tanggapan yang diperolehnya, secara tidak sadar anak memperoleh masukan
tentang kewajaran dan ketepatan perilaku berbahasanya, dan dalam waktu yang
sama juga si anak mendapat masukan dari tindak berbahasa yang dilakukan mitra
berbicaranya.
d) Bermain
Kegiatan bermain sangat penting untuk mendorong
pengembangan kemampuan berbahasa anak. Dalam bermain, si anak kadang berperan
sebagai orang dewasa, sebagai penjual atau pembeli dalam bermain
dagang-dagangan, ibu, bapak atau anak dalam bermain rumah-rumahan, sebagai
dokter atau perawat atau pasien atau sebagai guru atau murid dalam bermain
sekolah-sekolahan.
5.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pemerolehan Bahasa Anak
a. Faktor
Biologis
Setiap anak
yang lahir telah dilengkapi dengan kemamuan kodrati atau alami yang
memungkinkannya menguasai bahasa. Potensi alami itu bekerja secara otomatis.
Chomsky (1975 dalam Santrock, 1994) menyebut potensi yang terkandung dalam
perangkat biologis anak dengan istilah Piranti pemerolehan bahasa (Language
Acquisition Devives). Dengan piranti itu, anak dapat menercap sistem suastu
bahasa yang terdiri atas subsitem fonologis, tata bahasa, kosakata, dan pragmatik,
serta menggunakannyadalamberbahasa.[7]
Perangkat biologis yang menentukan anak dapat memperoleh kemampuan bahasanya ada 3, yaitu otak (sistem syaraf pusat), alat dengar, dan alat ucap.
Perangkat biologis yang menentukan anak dapat memperoleh kemampuan bahasanya ada 3, yaitu otak (sistem syaraf pusat), alat dengar, dan alat ucap.
Dalam proses
berbahasa, seseorang dikendalikan oleh sistem syaraf pusat yang ada di otaknya.
Pada belahan otak sebelah kiri dikendalikan oleh sistem syaraf pusat yang ada
di mengontrol produksi atau penghasilan bahasa, seperti berbicara dan menulis.
Pada belahan otak sebelah kanan terdapat wilayah wernicke yang mempengaruhi dan
bagian otak itu terdapat wilayah motor suplementer. Bagian ini berfungsi untuk
mengendalikan unsur fisik penghasil ujaran. Berdasarkan tugas tenaga bagian
otak itu, alur penerimaan dan penghasilan bahasa dapat disederhanakan seperti
berikut. Bahasa didengarkan dan dipahami melalui daerah Wernicke. Isyarat
bahasa itu kemudian dialihkan ke daerah Broca untuk mempersiapkan penghasilan
balasan. Selanjutnya isyarat tanggapan bahasa itu dikirimkan ke daerah motor,
seperti alat ucap, untuk menghasilkan bahasa secara fisik.
b. Faktor
Lingkungan Sosial
Untuk
memperoleh kemampuan berbahasa, seorang anak memerlukan orang lain untuk berinteraksi
dan berkomunikasi. Anak yang secara sengaja dicegah untuk mendegarkan sesuatu
atau menggunakan bahasanya untuk berkomunikasi, tidak akan memiliki kemampuan
berbahasa.[8]
Mengapa demikian? Bahasa yang diperoleh anak tidak diwariskan secara genetis
atau keturunan, tetapi didapat dalam lingkungan yang menggunakan bahasa. Atas
dasar itu maka anak memerlukan orang lain untuk mengirimkan dan menerima
tanda-tanda suara dalam bahasa itu secara fisik. Anak memerlukan contoh atau
model berbhasa, respon atau tanggapan, secara temah untuk berlatih dan beruji
coba dalam belajar bahasa dalam konteks yang sesungguhnya.
Dengan
demikian, lingkungan sosial tempat anak tinggal dan tumbuh, seperti keluarga
dan masyarakat merupakan salah satu faktor utama yang menentukan pemerolehan
bahasa anak. Kaitan keduanya sangat erat, tak terpisahkan. Kehilangan salah
satu dari keduanya akan mengakibatkan anak tidak mampu berbahasa. Jika
disederhanakan piranti biologis adalah wadah atau alat maka lingkungan berperan
memberi isi atau muatan.
Konsep
lingkungan sosial di sini mengacu kepada berbagai perilaku berbahasa setiap
individu, seperti orang tua, saudara, anggota masyarakat sekitar, dalam
mendukung perkembangan bahasa anak. Dukungan dan keterlibatan sosial ini
diperlukan anak. Inilah yang disebut Bruner (1983 dalam Santrock, 1994) sebagai
sistem pendukung pemerolehan bahasa (langsung acquisition supprot system).
Berikut ini
adalah beberapa cara sosial itu memberikan dukungan kepada anak dalam belajar
bahasa:
a)
Bahasa semang (motheresse) yaitu
penyederhanaan bahasa oleh orang tua atau orang dewasa lainnya ketika berbicara
dengan bayi anak kecil. Misalnya, “Napa chayang? Mau mimi, iya? Bentar, ya!”
b) Parafrase,
yaitu pengungkapan kembali ujaran yang diucapkan anak dengan cara yang berbeda.
Misalnya kalimat pernyataan menjadi kalimat pertanyaan. Efek parafase ini
sangat menolong anak belajar bahasa. Oleh karena itu, orang dewasa sebaiknya
membiarkan anak menunjukkan minat serta mengungkapkannya dalam bentuk komentar,
demontrasi dan menjelaskan. Menurut Rice (Santrock, 1994), pendekatan
direktif
atau langsung sewaktu berkomunikasi dengan anak akan mengganggunya. Misalnya:
Anak
: “Mammam!”
Ibu
: “Oh, maem, chayang?” (Oh maka, sayang?)
c) Menegaskan
kembali (echoing) yaitu mengulang apa yang dikatakan anak, terutama apabila
tuturannya tidak lengkap atau tidak sesuai dengan maksud. Misalnya:
Anak
: “Mah itu!” sambil menunjuk. Mukanya seperti ketakutan.
Ibu
: “Oh, cecak, Rani takut cecak? Nggak apa-apa. Cecak baik, kok!”
Anak
: “Iya!”
d) Memperluas
(expanding) yaitu mengungkapkan kembali apa yang dikatakan anak dalam bentuk
kebahasaan yang lebih kompleks.
e) Menamai
(labeling), yaitu mengindentifikasi nama-nama benda. Bisa dalam bentuk benda
sebenarnya atau benda tiruan (realia), gambar, permainan kata, dan sebagainya.
f) Penguatan
(reinforcement) yaitu menanggapi atau memberi respon positif atas perilaku
bahasa anak. Misalnya, dengan memuji, memberi acungan jempol, dan tepuk tangan.
g) Pemodelan
(modelling), yaitu contoh berbahasa yang dilakukan orang tua atau orang dewasa
(Santrock, 1994; Benson, 1998).
Semakin kuat rangsangan dan dukungan sosial terhadap
bahasa anak, akan semakin kaya pula masukan dan kemampuan berbahasanya.
Sebaliknya, apabila dukungan sosial itu kurang atau negatif maka masukan bahasa
anak pun akan sedikit. Dengan demikian, tingkat masukan bahasa yang diperoleh
anak akan mempengaruhi tingkat perkembangan bahasanya. Begitu pentingnya
peranan unsur atau lingkungan sosial terhadap pemerolehan bahasa anak.
c. Faktor
Intelegensi
Intelengesi adalah daya atau kemampuan anak dalam
berpikir atau bernalar. Zanden (1980) mendefinisikannya sebagai kemampuan
seseorang dalam memecahkan masalah. Intelengesiini bersifat abstrak dan tak
dapat diamati secara langsung. Pemahaman kita tentan tingkat intelengensi
seseorang hanya dapat disimpulkan melalui perilakunya.
Kemudian,
bagaimana pengaruh faktor untuk mengatakan bahwa anak yang bernalar anak?
Sebenarnya, penulis tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa anak yang bernalar
tinggi lebih tinggi akan lebih sukses dari pada anak yang berdaya nalar
pas-pasan kecuali, tentu saja anak-anak yang sangat rendah intelegensinya
seperti yang telah dijelaskan pada faktor bilogis, dapat belajar dan memperoleh
bahasa dengan sukses. Perbedaannya terletak pada jangka waktu dan tingkat
kreativitas. Anak yang berintelengensi tinggi, tingkat pencapaian bahasanya
cenderung lebih cepat, lebih banyak dan lebh bevariasi bahasanya dari pada
anak-anak yang bernalar sedang atau rendah.
d. Faktor
Motivasi
Benson (1988) menyatakan bahwa kekuatan motivasi
dapat menjelaskan “Mengapa seorang anak yang normal sukses mempelajari bahasa
ibunya”. Sumber motivasi itu ada 2 yaitu dari dalam dan luar diri anak.
Dalam
belajar bahasa seorang anak tidak terdorong demi bahasa sendiri. Dia belajar
bahasa karena kebutuhan dasar yang bersifat, seperti lapar, haus, serta perlu
perhatian dan kasih sayang (Goodman, 1986; Tompkins dan Hoskisson. 1995).
Inilah yang disebut motivasi intrinsik yang berasal dari dalam diri anak
sendiri. Untuk itulah mereka memerlukan kemunikasi dengan sekitarnya. Kebutuhan
komunikasi ini ditunjukkan agar dia dapat dipahami dan memahami guna mewujudkan
kepentingan dirinya.
Dalam perkembangan selanjutnya si anak merasakan
bahwa komunikasi bahasa yang dilakukannya membuat orang lain senang dan gembira
sehingg dia pin kerap menerima pujian dan respon baik dari mitra bicaranya.
Kondisi ini memacu anak untuk belajar dan menguasai bahasanya lebih baik lagi.
Nak karena dorongan belajar anak itu berasal dari luar dirinya maka motivasinya
disebut motivasi ekstrinsik.
6. Perbedaan
pendapat para ahli terhadap konsep perkembangan kognitif, sosiol emosional, dan
bahasa anak.
·
Konsep
perkembangan kognitif
Perbedaan-perbedaan
individual dalam perkembangan kognitif bayi telah dipelajari melalui penggunaan
skala perkembangan atau tes intelegensi bayi. Adalah penting untuk mengetahui
apakah seorang bayi berkembang pada tingkat yang lambat , normal, atau cepat.
Kalau seorang bayi berkembang pada tingkat yang lambat, beberapa bentuk
pengayaan cukup penting. Akan tetapi bila seorang bayi berkembang pada suatu
tahapan yang lebih maju, orang tua dapat dinasehati untuk memberi mainan yang
lebih “sulit” guna merangsang pertumbuhan kognitif mereka.
1. Teori
Jean Piaget
Jean
Piaget (seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980) dikenal dengan teori
perkembangan intelektual yg menyeluruh, yg mencerminkan adanya kekuatan antara
fungsi biologi & psikologis. Piaget menerangkan inteligensi itu sendiri
sebagai adaptasi biologi terhadap lingkungan. contoh: manusia tidak mempunyai
mantel berbulu lembut untuk melindunginya dari dingin; manusia tidak mempunyai
kecepatan untuk lari dari hewan pemangsa; manusia juga tidak mempunyai keahlian
dalam memanjat pohon. Tapi manusia memiliki kepandaian untuk memproduksi
pakaian & kendaraan untuk transportasi.
2. Teori
Lev Vygotsky
Menurut
Vygotsky (1896-1934), seorang psikolog berkebangsaan Rusia, Perkembangan kognitif dan bahasa
anak-anak tidak berkembang dalam suatu situasi sosial yang hampa. Teori
Vygotsky menawarkan suatu potret perkembangan manusia sebagai sesuatu yang
tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Vygotsky lebih
banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-anak lain dalam memudahkan
perkembangan si anak. Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental
yang relatif dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan
perhatian.
·
Konsep
Perkembangan sosial emosional
Kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada
pada bayi yang baru lahir. Gejala pertama perilaku emosional adalah
keterangsangan umum terhadap stimulasi yang kuat. Keterangsangan yang
berlebih-lebihan ini tercermin dalam aktivitas yang banyak pada bayi yang baru
lahir. Meskipun demikian, pada saat bayi lahir, bayi tidak memperlihatkan
reaksi yang secara jelas dapat dinyatakan sebagai keadaan emosional yang
spesifik.
Menurut para ahli pengertian perkembangan sosial :
1. Menurut
Plato, Secara potensial (fitrah) manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial.
2. Syamsuddin(1995:105) mengungkapkan “Sosialisasi adalah proses belajar
untuk menjadi makhluk sosial.
3. Menurut Loree(1970:86) “Sosialisasi merupakan
suatu proses dimana individu (anak) melatih kepekaan dirinya terhadap
rangsangan-rangsangan sosial terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan
serta belajar bergaul dengan bertingkah laku seperti orang lain didalam
lingkungan sosialnya.
4. Menurut
Hurlock(1978:250) Bahwa perkembangan sosial merupakan perolehan kemampuan
berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. “Sosialisasi adalah Kemampuan
bertingkah laku sesuai dengan norma nilai atau harapan sosial“.
Pendapat lain mengatakan bahwa Perkembangan sosial
adalah pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat
pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap
norma-norma kelompok, moral dan tradisi meleburkan diri menjadi satu kesatuan
dan saling berkomunikasi dan kerja sama.
Menurut para ahli, Pengertian Emosi :
1.
Menurut Goleman
(1995:411) “emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran-pikiran khas,suatu
keadaan biologis dan psikologis serta rangkaian kecenderungan untuk bertindak”.
2.
Menurut Syamsuddin (1990:69) mengemukakan
“emosi merupakan suatu suasana yang kompleks dan getaran jiwa yang meyertai
atau muncul sebelum atau sesudah terjadinya suatu perilaku.”
Pendapat lain mengatakan bahwa Emosi adalah perasaan
intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu. Emosi adalah reaksi
terhadap seseorang atau kejadian.
·
Konsep
perkembangan Bahasa pada anak
Ada beberapa teori tentang hakikat
perkembangan bahasa, antara lain yaitu:
1. Aliran sufisme, menganggap bahwa bahasa
sebagai perjanjian natar anggota masyarakat karena bahasa adalah sistem
lambang.
2. Aliran
soijin, menganggap bahasa sebagai kemampuan yang bersifat alamiah.
3. Plato
dan Aristoteles, mengungkapkan bahasa sebagai interaksi anatara kedua
pernyataan tersebut. Jadi, selain bersifat alamiah bahasa itu uga dipengaruhi
oleh lingkungan.
4. Buhler,
berpendapat bahwa bahasa sebagai alat komunikasi tidak terlepas dari konteks
sosial.
5. Menurut
Badudu, bahasa sebagai alat penghubung / komunikasi antar anggota masyarakat
yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan pikiran (kognitif),
perasaan (emosi), dan keinginan (konasi). Sedangkan menurut Broomley, bahasa
sebagai sistem simbol yang teratur dalam bentuk visual (tulisan) dan verbal
(lisan) untuk mentrasfer berbagai ide meupun informasi. Individu dapat
memanipulasi simbol-simbol tersebut sesuai dengan cara berpikirnya.
Bahasa adalah alat berkomunikasi untuk memindahkan
satu arti melalui suara / tanda, bahasa tubuh / isyarat, dan simbol.
7.
Mengapa perbedaan tersebut terjadi
Perkembangan
kognitif berhubungan erat dengan perkembangan bahasa karena kaitannya dengan
perkembangan dalam satu lingkup sosial. Dikatakan dalam satu lingkup sosial
karena, perkembangan kognitif tidak lepas dari pikiran anak dan peran
lingkungan dalam kemajuan kognitifnya, terutama peran keluarganya. Maka para ahli kognitif, seperti Chomsky dan
Piaget berpendapat bahwa belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti peran aktif anak terhadap lingkungan, cara anak memproses suatu
informasi, dan menyimpulkan struktur bahasa yang telah diterima anak. Kecerdasan sosial emosional sangat besar
peranannya dalam proses pembelajaran bahasa, karena kaitannya dengan kemampuan
seseorang untuk memahami dan mengendalikan perasaannya sendiri, menanggapi
secara tepat perasaan orang lain, dan memahami serta memelihara hubungan baik
dengan orang lain. Faktor emosioanal tersebut sangat berpengaruh dalam
perkembangan kognitif anak.
8. Implikasi
tahapan perkembangan kognitif anak terhadap pembelajaran BI di MI
Upaya
yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa, diantaranya
adalah:
a. Mengupayakan
lingkungan yang dapat memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi perkembangan
bahasa secara optimal.
b. Pengenalan sejak dini terhadap lingkungan
yang memiliki variasi kemampuan bahasa pada anak sangat diperlukan untuk
mengacu perkembangan bahasanya.[9]
c. Mengembangkan
strategi untuk mempermudah penguasaan bahasa, antara lain: cara untuk
memudahkan mengingat, meniru, mengalami langsung, bermain.
Implikasi tentang perkembangan kognitif menurut
Bruner dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1. Anak
memiliki cara berpikir yang berbeda dengan orang dewasa. Guru perlu
memperlihatkan fenomena atau masalah kepada anak.
2. Anak,
terutama pada pendidikan anak usia dini dana anak SD kelas rendah, akan belajar
dengan baik apabila mereka memanipulasi objek yang dipelajari, misalnya dengan
melihat, merasakan, mencium, dan sebagainya.
3. Pengalaman
baru yang berinteraksi dengan struktur kognitif dapat menarik minat dan
mengembangkan pemahaman anak.
Berpikir merupakan rangkaian proses kognisi yang
bersifat pribadi yang berlangsung selama terjadinya stimulus sampai dengan
munculnya respons (Morgan, 1989:228) Dalam aktivitas berpikir di dalamnya
melibatkan bahasa.Berpikir merupakan percakapan dalam hati inner speech
(Morgan, 1989:231).Bahasa merupakan alat untuk berpikir dan berpikir
mengekspresikan hasil pemikiran tersebut.
9. Implikasi
tahapan perkembangan sosial emosional anak terhadap pembelajaran BI di MI
1. Pengertian
perkembangan sosial-emosional
Teori perkembangan soaial-emosional merupakan
kecerdasan sosial-emosional sangat besar peranannya dalam proses pembelajaran
bahasa. Kecerdasan emosional berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
memahami dan mengendalikan perasaan sendiri, menanggapi secara tepat perasaan
orang lain, dan memahami serta memelihara hubungan baru dengan orang lain[10].
2. Implikasi terhadap pembelajaran BI
Berkat perkembangan social-emosional, seorang anak
dapat menyesuaikan diri dengan kelompok teman sebaya maupun dengan lingkungan
masyarakat sekitar. Dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan
sosial-emosional ini dapat dimanfaatkan oleh pendidik dengan memberikan
tugas-tugas kelompok. Tugas-tugas kelompok ini harus memberikan kesempatan
kepada setiap peserta didik untuk menunjukkan prestasinya, tetapi juga
diarahkan untuk mencapai tujuan bersama.
Selain itu, dalam perkembangan sosial-emosional
pendidik dapat Memperhatikan dan memahami emosi siswa sehingga membantu
pendidik mempercepat proses pembelajaran yang lebih bermakna dan permanen.
Memperhatikan dan memahami emosi siswa berarti membangun ikatan emosional
dengan menciptakan kesenangan dalam belajar, menjalin hubungan, dan
menyingkirkan segala ancaman dari suasana belajar. Melalui kondisi belajar di
maksud, para siswa akan lebih ikut serta dalam kegiatan sukarela yang
berhubungan dengan bahan pelajaran.
10. Implikasi
tahapan perkembangan bahasa anak terhadap pembelajaran BI di MI
Dalam penggunaan bahasa
setiap tahapan perkembangan anak mempunyai karakter bahasa yang berbeda-beda.
Tahapan itu meliputi:
1. Tahap
usia bayi umur 10 hari sampai 6 bulan, pada masa ini anak mulai bisa mengoceh.
2. Perkembangan
anak usia dini pada usia 1 sampai 6 tahun, pada masa ini anak sudah mulai
mengucapkan beberapa kata yang mempunyai fonem yang sulit.
3. Perkembangan
bahasa pada usia sekolah, pada masa ini anak sudah mulai kreatif karena anak
mulai mengembangkan bahasanya dengan bentuk nyanyian, sajak, dan permainan.[11]
Perkembangan
bahasa sangat berpengaruh terhadap pola pikir anak/intelegensi, emosional,dan
tingkah laku anak.
·
Implikasi
terhadap terhadap pemebelajaran BI di MI/SD
Perkembangan
bahasa anak MI harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan kebahasaan ank MI.
Perkembangan bahasa anak sangat penting bagi guru dalam mengembangkan bahasa
pertama, sebagai landasan dalam memberikan materi pelajaran karena berhubungan
dengan penggunaan bahasa kedua. Anak dapat lebih leluasa dalam mengembangkan
kemampuan bahasanya dalam kehidupan sehari-hari. Semakin banyak kosa kata yang
dimiliki anak maka anak akan lebih mudah bergaul dengan teman sebayanya.
Kemajuan
kemampuan berbahasa pada anak berjalan seiring dengan perkembangan fisik,
mental, intelektual, dan sosialnya. Oleh karena itu, perkembangan bahasa anak
ditandai oleh keseimbangan dinamis atau suatu rangkaian kesatuan yang bergerak
dari bunyi-bunyi atau ucapan yang sederhana menuju tuturan yang lebih kompleks.
Referensi
Zulela.
2012.pembelajaran bahasa indoneasia Jakarta:Rosda
Guntur
hendri .1991 .metodologi pengajaran bahasa .bandung: Angakasa
Ajib
rosidi.2011.Bahasa Indonesia kita.jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya
Harwintha
Yuhria Anjarningsih.2010.Otak Berbahasa. Yogjakarta : Pustaka Rihama
Purwanto
ngalim .2002. Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Muslich
Masnur.2010. Bahasa Indonesia pada era globalisasi .Malang: Bumi Aksara
Fatoni.
2009. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Menyimak Berbicara.
Online.
Available at:http://fatonipgsd071644221.wordpress.com. Accesed 13/03/15
Farida
Nurhasanah. 2009. Teori-Belajar-Kognitif. Online. Available at:
http://hasanahworld.wordpress.com. Accesed. 13/03/15
Zulkifli.
2003. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya
http://diy4h.wordpress.com/psikologi-perkembangan/
Zaman,Saefu.
2010. penguasaan bahasa – panduan praktis belajar bahasa indonesia,bahasa dan
sastra Indonesia file:///C:/Documents%20and%20Settings/
Ukhuwah/Phone%20Browser/My%20Documents/Unduhan/penguasaan-bahasa.html
[1] Harwintha
Yuhria Anjarningsih.2010.Otak Berbahasa. Yogjakarta : Pustaka Rihama.Hal.10
[2] Ajib
rosidi.2011.Bahasa Indonesia kita.jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya .Hal.17
[3] Harwintha
Yuhria Anjarningsih.2010.Otak Berbahasa. Yogjakarta : Pustaka Rihama.hal.12
[4] Guntur
hendri .1991 .metodologi pengajaran bahasa .bandung: Angakasa.hal. 40
[5] Zulela.
2012.pembelajaran bahasa indoneasia Jakarta:Rosda.hal. 34
[6] Fatoni.
2009. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Menyimak Berbicara. Online.
Available at:http://fatonipgsd071644221.wordpress.com. Accesed 13/03/2015
[7] Purwanto
ngalim .2002. Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran. Bandung: Pt
Remaja Rosda Karya.hal.50
[8] Purwanto
ngalim .2002. Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran. Bandung: Pt
Remaja Rosda Karya.hal.45
[9] Farida
Nurhasanah. 2009. Teori-Belajar-Kognitif. Online. Available at:
http://hasanahworld.wordpress.com. Accesed. 13/03/15
[10] Guntur
hendri .1991 .metodologi pengajaran bahasa .bandung: Angakasa .hal.40
[11] Guntur.Ibid
.hal .65
Tidak ada komentar:
Posting Komentar