Senin, 16 Maret 2015

Pendidikan Bahasa Indonesia



Nama              : TATIK PRISNAMASARI
Nim                 : 12591140
Prodi               : PGMI VI E
Tugas              : Pendidikan  Bahasa Indonesia
Soal
1.      Jelaskan pengertian pemerolehan bahasa dan pembelajaran bahasa ?
2.      Jelaskan perbedaan konsep pemerolehan bahasa dari sudut pandang psikoliguistik dan sosiolinguistik ?
3.      Jelaskan pengertian strategi pemerolehan bahasa ?
4.      Jelaskan tipe-tipe strategi pemerolehan bahasa yang di gunakan oleh pembelajaran anak ?
5.      Menjelaskan faktor penyebab penggunaan strategi pemerolehan bahasa oleh pembelajar anak ?
6.      Jelaskan perbedaan pendapat para ahli terhadap konsep perkembangan kognitif, sosiol emosional, dan bahasa anak ?
7.      Mengapa perbedaan tersebut terjadi ?
8.      Kemukakan implikasi tahapan perkembangan kognitif anak terhadap pembelajaran BI di MI ?
9.      Kemukakan implikasi tahapan perkembangan sosial emosional anak terhadap pembelajaran BI di MI ?
10.  Kemukakan implikasi tahapan perkembangan bahasa anak terhadap pembelajaran BI di MI ?
JAWABAN:
1.      Pemerolehan bahasa adalah kemampuan bawaan sejak lahir. Atau proses mendapatkan kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan mengunakan kata untuk pemahaman dan komunikasi yang melibatkan berbagai kemampuan. [1]Bahasa yang di peroleh bisa berupa vokal seperti pada bahasa lisan atau manual seperti bahasa isyarat, pemerolehan bahasa biasanya berujuk pada pemerolehan bahasa pertama yang mengkaji pemerolehan anak terhadap bahasa ibu mereka dan bukan pemerolehan bahasa kedua yang mengkaji pemerolehan bahasa tambahan oleh anak-anak atau orang dewasa. Pemerolehan bahasa adalah proses penguasaan bahasa anak yang dilakukan secara alami yang diperolehnya dari lingkungannya dan bukan karena sengaja mempelajarinya.Pemerolehan bahasa didapatkan secara otomatis (tidak sadar).
Pembelajaran bahasa adalah suatu proses penyampaian atau pewarisan pengetahuan (bentuk kata secara tidak langsung) yang di peroleh dari orang tua dan lingkungan sekitar.Atau adalah suatu proses secara sadar yang dilakukan oeh anak (pembelajar) untuk menguasai bahasa yang dipelajarinya. Penguasaan bahasa tersebut biasanya dilakukan melalui pengajaran yang formal dan dilakukan secara intensif.[2]

2.      Perbedaan konsep pemerolehan bahasa dari sudut pandang psikoliguistik dan sosiolinguistik
·         Psikologilinguistik lazim diartikan sebagai ilmu yang mencoba mempelajari hakikat bahasa, struktur bahasa, bagaimana bahasa itu diperoleh, bagaimana bahasa itu bekerja, dan bagaimana bahasa itu berkembang. Dalam hal ini psikolinguistik mencoba menguraikan proses-proses psikologi pembelajaran yang berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya pada waktu berkomunikasi, dan bagaimana kemampuan bahasa itu diperoleh oleh manusia.[3]
Berdasarkan aspek psikolinguistik, pemerolehan bahasa dibedakan menjadi dua, yaitu :
1.      Pada pemerolehan spontan, penutur memusatkan perhatian pemerolehan bahasa secara alamiah.
2.      Pemerolehan bahasa secara alamiah merupakan proses pemerolehan bahasa secara bawah sadar, sedangkan pemerolehan bahasa melalui pembelajaran terjadi secara sadar.
Adapun pada pemerolehan bahasa terbimbing penutur bahasa memusatkan perhatiannya pada aspek sistem bahasa.

·         Berdasarkan aspek sosiolinguistik, pemerolehan bahasa didasarkan pada aspek latar dan aktivitas yang dilakukan penutur bahasa.


3.      Strategi pemerolehan bahasa adalah usaha seseorang untuk memperoleh bentuk-bentuk tuturan yang menyatakan suatu maksud dan dapat digunakan dalam komunikasi sehari-hari dengan harapan untuk mencapai keberhasilan tujuan komunikasi yang diinginkan ketika berinteraksi dengan mitra tutur.[4]

4.      Tipe-tipe strategi pembelajaran bahasa yang digunakan oleh anak sebagai berikut :
a)      Mengingat
Mengingat memainkan peranan yang cukup penting dalam belajar bahasa atau belajar apapun. Setiap pengalaman indrawi yang dilalui anak, dicatat dalam benaknya. Ketika dia menyentuh, menyerap, mencium, mendengar dan melihat sesuatu, memori anak merekamnya. Ingatan itu akan semakin kuat apabila penyebutan akan benda atau peristiwa itu terjadi berulang-ulang. Dengan cara ini anak akan mengingat bunyi, kombinasi bunyi atau kata, tentang sesuatu sekaligus mengingat pula cara mengucapkannya.[5]
b)      Meniru
Dalam belajar bahasa, anak pun menggunakan strategi peniruan. Peniruan disini berarti mencontoh secara kreatif atau menginspirasi. Peniruan yang dilakukan anak tidak selalu berupa pengulangan yang persis sama atas apa saja yang didengarnya. Di satu sisi, anak secara bertahap dapat memahami dan menggunakan tuturan yang lebih rumit. Di sisi lain secara bersamaan anak pun membangun suatu sistem bahasa yang kemungkinan dia mengerti dan memproduksi tuturan dalam bentuk dan jumlah yang tidak terbatas.
c)      Memahami
Strategi lain yang mempercepat anak menguasai bahasa pertamanya adalah mengalami langsung kegiatan berbahasa dalam konteks yang nyata. Anak menggunakan bahasanya baik ketika berkomunikasi dengan orang lain, maupun sewaktu sendirian. Dia menyimak dan berbicara langsung, dan sekaligus memperoleh tanggapan dari mitra bicaranya.[6] Dari tanggapan yang diperolehnya, secara tidak sadar anak memperoleh masukan tentang kewajaran dan ketepatan perilaku berbahasanya, dan dalam waktu yang sama juga si anak mendapat masukan dari tindak berbahasa yang dilakukan mitra berbicaranya.
d)     Bermain
Kegiatan bermain sangat penting untuk mendorong pengembangan kemampuan berbahasa anak. Dalam bermain, si anak kadang berperan sebagai orang dewasa, sebagai penjual atau pembeli dalam bermain dagang-dagangan, ibu, bapak atau anak dalam bermain rumah-rumahan, sebagai dokter atau perawat atau pasien atau sebagai  guru atau murid dalam bermain sekolah-sekolahan.

5.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemerolehan Bahasa Anak
a.       Faktor Biologis
Setiap anak yang lahir telah dilengkapi dengan kemamuan kodrati atau alami yang memungkinkannya menguasai bahasa. Potensi alami itu bekerja secara otomatis. Chomsky (1975 dalam Santrock, 1994) menyebut potensi yang terkandung dalam perangkat biologis anak dengan istilah Piranti pemerolehan bahasa (Language Acquisition Devives). Dengan piranti itu, anak dapat menercap sistem suastu bahasa yang terdiri atas subsitem fonologis, tata bahasa, kosakata, dan pragmatik, serta menggunakannyadalamberbahasa.[7]
Perangkat biologis yang menentukan anak dapat memperoleh kemampuan bahasanya ada 3, yaitu otak (sistem syaraf pusat), alat dengar, dan alat ucap.
Dalam proses berbahasa, seseorang dikendalikan oleh sistem syaraf pusat yang ada di otaknya. Pada belahan otak sebelah kiri dikendalikan oleh sistem syaraf pusat yang ada di mengontrol produksi atau penghasilan bahasa, seperti berbicara dan menulis. Pada belahan otak sebelah kanan terdapat wilayah wernicke yang mempengaruhi dan bagian otak itu terdapat wilayah motor suplementer. Bagian ini berfungsi untuk mengendalikan unsur fisik penghasil ujaran. Berdasarkan tugas tenaga bagian otak itu, alur penerimaan dan penghasilan bahasa dapat disederhanakan seperti berikut. Bahasa didengarkan dan dipahami melalui daerah Wernicke. Isyarat bahasa itu kemudian dialihkan ke daerah Broca untuk mempersiapkan penghasilan balasan. Selanjutnya isyarat tanggapan bahasa itu dikirimkan ke daerah motor, seperti alat ucap, untuk menghasilkan bahasa secara fisik.

b.      Faktor Lingkungan Sosial
Untuk memperoleh kemampuan berbahasa, seorang anak memerlukan orang lain untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Anak yang secara sengaja dicegah untuk mendegarkan sesuatu atau menggunakan bahasanya untuk berkomunikasi, tidak akan memiliki kemampuan berbahasa.[8] Mengapa demikian? Bahasa yang diperoleh anak tidak diwariskan secara genetis atau keturunan, tetapi didapat dalam lingkungan yang menggunakan bahasa. Atas dasar itu maka anak memerlukan orang lain untuk mengirimkan dan menerima tanda-tanda suara dalam bahasa itu secara fisik. Anak memerlukan contoh atau model berbhasa, respon atau tanggapan, secara temah untuk berlatih dan beruji coba dalam belajar bahasa dalam konteks yang sesungguhnya.
Dengan demikian, lingkungan sosial tempat anak tinggal dan tumbuh, seperti keluarga dan masyarakat merupakan salah satu faktor utama yang menentukan pemerolehan bahasa anak. Kaitan keduanya sangat erat, tak terpisahkan. Kehilangan salah satu dari keduanya akan mengakibatkan anak tidak mampu berbahasa. Jika disederhanakan piranti biologis adalah wadah atau alat maka lingkungan berperan memberi isi atau muatan.
Konsep lingkungan sosial di sini mengacu kepada berbagai perilaku berbahasa setiap individu, seperti orang tua, saudara, anggota masyarakat sekitar, dalam mendukung perkembangan bahasa anak. Dukungan dan keterlibatan sosial ini diperlukan anak. Inilah yang disebut Bruner (1983 dalam Santrock, 1994) sebagai sistem pendukung pemerolehan bahasa (langsung acquisition supprot system).
Berikut ini adalah beberapa cara sosial itu memberikan dukungan kepada anak dalam belajar bahasa:
a)      Bahasa semang (motheresse) yaitu penyederhanaan bahasa oleh orang tua atau orang dewasa lainnya ketika berbicara dengan bayi anak kecil. Misalnya, “Napa chayang? Mau mimi, iya? Bentar, ya!”
b)      Parafrase, yaitu pengungkapan kembali ujaran yang diucapkan anak dengan cara yang berbeda. Misalnya kalimat pernyataan menjadi kalimat pertanyaan. Efek parafase ini sangat menolong anak belajar bahasa. Oleh karena itu, orang dewasa sebaiknya membiarkan anak menunjukkan minat serta mengungkapkannya dalam bentuk komentar, demontrasi dan menjelaskan. Menurut Rice (Santrock, 1994), pendekatan
direktif atau langsung sewaktu berkomunikasi dengan anak akan mengganggunya. Misalnya:
Anak : “Mammam!”
Ibu : “Oh, maem, chayang?” (Oh maka, sayang?)
c)      Menegaskan kembali (echoing) yaitu mengulang apa yang dikatakan anak, terutama apabila tuturannya tidak lengkap atau tidak sesuai dengan maksud. Misalnya:
Anak : “Mah itu!” sambil menunjuk. Mukanya seperti ketakutan.
Ibu : “Oh, cecak, Rani takut cecak? Nggak apa-apa. Cecak baik, kok!”
Anak : “Iya!”
d)     Memperluas (expanding) yaitu mengungkapkan kembali apa yang dikatakan anak dalam bentuk kebahasaan yang lebih kompleks.
e)      Menamai (labeling), yaitu mengindentifikasi nama-nama benda. Bisa dalam bentuk benda sebenarnya atau benda tiruan (realia), gambar, permainan kata, dan sebagainya.
f)       Penguatan (reinforcement) yaitu menanggapi atau memberi respon positif atas perilaku bahasa anak. Misalnya, dengan memuji, memberi acungan jempol, dan tepuk tangan.
g)      Pemodelan (modelling), yaitu contoh berbahasa yang dilakukan orang tua atau orang dewasa (Santrock, 1994; Benson, 1998).
Semakin kuat rangsangan dan dukungan sosial terhadap bahasa anak, akan semakin kaya pula masukan dan kemampuan berbahasanya. Sebaliknya, apabila dukungan sosial itu kurang atau negatif maka masukan bahasa anak pun akan sedikit. Dengan demikian, tingkat masukan bahasa yang diperoleh anak akan mempengaruhi tingkat perkembangan bahasanya. Begitu pentingnya peranan unsur atau lingkungan sosial terhadap pemerolehan bahasa anak.
c.       Faktor Intelegensi
Intelengesi adalah daya atau kemampuan anak dalam berpikir atau bernalar. Zanden (1980) mendefinisikannya sebagai kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Intelengesiini bersifat abstrak dan tak dapat diamati secara langsung. Pemahaman kita tentan tingkat intelengensi seseorang hanya dapat disimpulkan melalui perilakunya.
Kemudian, bagaimana pengaruh faktor untuk mengatakan bahwa anak yang bernalar anak? Sebenarnya, penulis tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa anak yang bernalar tinggi lebih tinggi akan lebih sukses dari pada anak yang berdaya nalar pas-pasan kecuali, tentu saja anak-anak yang sangat rendah intelegensinya seperti yang telah dijelaskan pada faktor bilogis, dapat belajar dan memperoleh bahasa dengan sukses. Perbedaannya terletak pada jangka waktu dan tingkat kreativitas. Anak yang berintelengensi tinggi, tingkat pencapaian bahasanya cenderung lebih cepat, lebih banyak dan lebh bevariasi bahasanya dari pada anak-anak yang bernalar sedang atau rendah.
d.      Faktor Motivasi
Benson (1988) menyatakan bahwa kekuatan motivasi dapat menjelaskan “Mengapa seorang anak yang normal sukses mempelajari bahasa ibunya”. Sumber motivasi itu ada 2 yaitu dari dalam dan luar diri anak.
Dalam belajar bahasa seorang anak tidak terdorong demi bahasa sendiri. Dia belajar bahasa karena kebutuhan dasar yang bersifat, seperti lapar, haus, serta perlu perhatian dan kasih sayang (Goodman, 1986; Tompkins dan Hoskisson. 1995). Inilah yang disebut motivasi intrinsik yang berasal dari dalam diri anak sendiri. Untuk itulah mereka memerlukan kemunikasi dengan sekitarnya. Kebutuhan komunikasi ini ditunjukkan agar dia dapat dipahami dan memahami guna mewujudkan kepentingan dirinya.
Dalam perkembangan selanjutnya si anak merasakan bahwa komunikasi bahasa yang dilakukannya membuat orang lain senang dan gembira sehingg dia pin kerap menerima pujian dan respon baik dari mitra bicaranya. Kondisi ini memacu anak untuk belajar dan menguasai bahasanya lebih baik lagi. Nak karena dorongan belajar anak itu berasal dari luar dirinya maka motivasinya disebut motivasi ekstrinsik.

6.      Perbedaan pendapat para ahli terhadap konsep perkembangan kognitif, sosiol emosional, dan bahasa anak.
·         Konsep perkembangan kognitif
Perbedaan-perbedaan individual dalam perkembangan kognitif bayi telah dipelajari melalui penggunaan skala perkembangan atau tes intelegensi bayi. Adalah penting untuk mengetahui apakah seorang bayi berkembang pada tingkat yang lambat , normal, atau cepat. Kalau seorang bayi berkembang pada tingkat yang lambat, beberapa bentuk pengayaan cukup penting. Akan tetapi bila seorang bayi berkembang pada suatu tahapan yang lebih maju, orang tua dapat dinasehati untuk memberi mainan yang lebih “sulit” guna merangsang pertumbuhan kognitif mereka.
1.      Teori Jean Piaget
Jean Piaget (seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980) dikenal dengan teori perkembangan intelektual yg menyeluruh, yg mencerminkan adanya kekuatan antara fungsi biologi & psikologis. Piaget menerangkan inteligensi itu sendiri sebagai adaptasi biologi terhadap lingkungan. contoh: manusia tidak mempunyai mantel berbulu lembut untuk melindunginya dari dingin; manusia tidak mempunyai kecepatan untuk lari dari hewan pemangsa; manusia juga tidak mempunyai keahlian dalam memanjat pohon. Tapi manusia memiliki kepandaian untuk memproduksi pakaian & kendaraan untuk transportasi.
2.      Teori Lev Vygotsky
Menurut Vygotsky (1896-1934), seorang psikolog berkebangsaan Rusia,        Perkembangan kognitif dan bahasa anak-anak tidak berkembang dalam suatu situasi sosial yang hampa. Teori Vygotsky menawarkan suatu potret perkembangan manusia sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Vygotsky lebih banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-anak lain dalam memudahkan perkembangan si anak. Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relatif dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian.

·         Konsep Perkembangan sosial emosional
Kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada pada bayi yang baru lahir. Gejala pertama perilaku emosional adalah keterangsangan umum terhadap stimulasi yang kuat. Keterangsangan yang berlebih-lebihan ini tercermin dalam aktivitas yang banyak pada bayi yang baru lahir. Meskipun demikian, pada saat bayi lahir, bayi tidak memperlihatkan reaksi yang secara jelas dapat dinyatakan sebagai keadaan emosional yang spesifik.
Menurut para ahli pengertian perkembangan sosial :
1.      Menurut Plato, Secara potensial (fitrah) manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial.
2.      Syamsuddin(1995:105)  mengungkapkan “Sosialisasi adalah proses belajar untuk menjadi makhluk sosial.
3.        Menurut Loree(1970:86) “Sosialisasi merupakan suatu proses dimana individu (anak) melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-rangsangan sosial terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan serta belajar bergaul dengan bertingkah laku seperti orang lain didalam lingkungan sosialnya.
4.      Menurut Hurlock(1978:250) Bahwa perkembangan sosial merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. “Sosialisasi adalah Kemampuan bertingkah laku sesuai dengan norma nilai atau harapan sosial“.
Pendapat lain mengatakan bahwa Perkembangan sosial adalah pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.
Menurut para ahli, Pengertian Emosi :
1.                Menurut Goleman (1995:411) “emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran-pikiran khas,suatu keadaan biologis dan psikologis serta rangkaian kecenderungan untuk bertindak”.
2.                  Menurut Syamsuddin (1990:69) mengemukakan “emosi merupakan suatu suasana yang kompleks dan getaran jiwa yang meyertai atau muncul sebelum atau sesudah terjadinya suatu perilaku.”
Pendapat lain mengatakan bahwa Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu. Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau kejadian.

·         Konsep perkembangan Bahasa pada anak
       Ada beberapa teori tentang hakikat perkembangan bahasa, antara lain yaitu:
1.       Aliran sufisme, menganggap bahwa bahasa sebagai perjanjian natar anggota masyarakat karena bahasa adalah sistem lambang.
2.      Aliran soijin, menganggap bahasa sebagai kemampuan yang bersifat alamiah.
3.      Plato dan Aristoteles, mengungkapkan bahasa sebagai interaksi anatara kedua pernyataan tersebut. Jadi, selain bersifat alamiah bahasa itu uga dipengaruhi oleh lingkungan.
4.      Buhler, berpendapat bahwa bahasa sebagai alat komunikasi tidak terlepas dari konteks sosial.
5.      Menurut Badudu, bahasa sebagai alat penghubung / komunikasi antar anggota masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan pikiran (kognitif), perasaan (emosi), dan keinginan (konasi). Sedangkan menurut Broomley, bahasa sebagai sistem simbol yang teratur dalam bentuk visual (tulisan) dan verbal (lisan) untuk mentrasfer berbagai ide meupun informasi. Individu dapat memanipulasi simbol-simbol tersebut sesuai dengan cara berpikirnya.
Bahasa adalah alat berkomunikasi untuk memindahkan satu arti melalui suara / tanda, bahasa tubuh / isyarat, dan simbol.

7. Mengapa perbedaan tersebut terjadi
Perkembangan kognitif berhubungan erat dengan perkembangan bahasa karena kaitannya dengan perkembangan dalam satu lingkup sosial. Dikatakan dalam satu lingkup sosial karena, perkembangan kognitif tidak lepas dari pikiran anak dan peran lingkungan dalam kemajuan kognitifnya, terutama peran keluarganya.  Maka para ahli kognitif, seperti Chomsky dan Piaget berpendapat bahwa belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti peran aktif anak terhadap lingkungan, cara anak memproses suatu informasi, dan menyimpulkan struktur bahasa yang telah diterima anak.  Kecerdasan sosial emosional sangat besar peranannya dalam proses pembelajaran bahasa, karena kaitannya dengan kemampuan seseorang untuk memahami dan mengendalikan perasaannya sendiri, menanggapi secara tepat perasaan orang lain, dan memahami serta memelihara hubungan baik dengan orang lain. Faktor emosioanal tersebut sangat berpengaruh dalam perkembangan kognitif anak.

8.      Implikasi tahapan perkembangan kognitif anak terhadap pembelajaran BI di MI
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa, diantaranya adalah:
a.       Mengupayakan lingkungan yang dapat memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi perkembangan bahasa secara optimal.
b.        Pengenalan sejak dini terhadap lingkungan yang memiliki variasi kemampuan bahasa pada anak sangat diperlukan untuk mengacu perkembangan bahasanya.[9]
c.       Mengembangkan strategi untuk mempermudah penguasaan bahasa, antara lain: cara untuk memudahkan mengingat, meniru, mengalami langsung, bermain.
Implikasi tentang perkembangan kognitif menurut Bruner dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1.      Anak memiliki cara berpikir yang berbeda dengan orang dewasa. Guru perlu memperlihatkan fenomena atau masalah kepada anak.
2.      Anak, terutama pada pendidikan anak usia dini dana anak SD kelas rendah, akan belajar dengan baik apabila mereka memanipulasi objek yang dipelajari, misalnya dengan melihat, merasakan, mencium, dan sebagainya.
3.      Pengalaman baru yang berinteraksi dengan struktur kognitif dapat menarik minat dan mengembangkan pemahaman anak.
Berpikir merupakan rangkaian proses kognisi yang bersifat pribadi yang berlangsung selama terjadinya stimulus sampai dengan munculnya respons (Morgan, 1989:228) Dalam aktivitas berpikir di dalamnya melibatkan bahasa.Berpikir merupakan percakapan dalam hati inner speech (Morgan, 1989:231).Bahasa merupakan alat untuk berpikir dan berpikir mengekspresikan hasil pemikiran tersebut.

9.      Implikasi tahapan perkembangan sosial emosional anak terhadap pembelajaran BI di MI
1.      Pengertian perkembangan sosial-emosional
Teori perkembangan soaial-emosional merupakan kecerdasan sosial-emosional sangat besar peranannya dalam proses pembelajaran bahasa. Kecerdasan emosional berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk memahami dan mengendalikan perasaan sendiri, menanggapi secara tepat perasaan orang lain, dan memahami serta memelihara hubungan baru dengan orang lain[10].
2.       Implikasi terhadap pembelajaran BI
Berkat perkembangan social-emosional, seorang anak dapat menyesuaikan diri dengan kelompok teman sebaya maupun dengan lingkungan masyarakat sekitar. Dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosial-emosional ini dapat dimanfaatkan oleh pendidik dengan memberikan tugas-tugas kelompok. Tugas-tugas kelompok ini harus memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk menunjukkan prestasinya, tetapi juga diarahkan untuk mencapai tujuan bersama.
Selain itu, dalam perkembangan sosial-emosional pendidik dapat Memperhatikan dan memahami emosi siswa sehingga membantu pendidik mempercepat proses pembelajaran yang lebih bermakna dan permanen. Memperhatikan dan memahami emosi siswa berarti membangun ikatan emosional dengan menciptakan kesenangan dalam belajar, menjalin hubungan, dan menyingkirkan segala ancaman dari suasana belajar. Melalui kondisi belajar di maksud, para siswa akan lebih ikut serta dalam kegiatan sukarela yang berhubungan dengan bahan pelajaran.

10.  Implikasi tahapan perkembangan bahasa anak terhadap pembelajaran BI di MI
Dalam penggunaan bahasa setiap tahapan perkembangan anak mempunyai karakter bahasa yang berbeda-beda. Tahapan itu meliputi:
1.      Tahap usia bayi umur 10 hari sampai 6 bulan, pada masa ini anak mulai bisa mengoceh.
2.      Perkembangan anak usia dini pada usia 1 sampai 6 tahun, pada masa ini anak sudah mulai mengucapkan beberapa kata yang mempunyai fonem yang sulit.
3.      Perkembangan bahasa pada usia sekolah, pada masa ini anak sudah mulai kreatif karena anak mulai mengembangkan bahasanya dengan bentuk nyanyian, sajak, dan permainan.[11]
Perkembangan bahasa sangat berpengaruh terhadap pola pikir anak/intelegensi, emosional,dan tingkah laku anak.
·         Implikasi terhadap terhadap pemebelajaran BI di MI/SD
Perkembangan bahasa anak MI harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan kebahasaan ank MI. Perkembangan bahasa anak sangat penting bagi guru dalam mengembangkan bahasa pertama, sebagai landasan dalam memberikan materi pelajaran karena berhubungan dengan penggunaan bahasa kedua. Anak dapat lebih leluasa dalam mengembangkan kemampuan bahasanya dalam kehidupan sehari-hari. Semakin banyak kosa kata yang dimiliki anak maka anak akan lebih mudah bergaul dengan teman sebayanya.
Kemajuan kemampuan berbahasa pada anak berjalan seiring dengan perkembangan fisik, mental, intelektual, dan sosialnya. Oleh karena itu, perkembangan bahasa anak ditandai oleh keseimbangan dinamis atau suatu rangkaian kesatuan yang bergerak dari bunyi-bunyi atau ucapan yang sederhana menuju tuturan yang lebih kompleks.
Referensi
Zulela. 2012.pembelajaran bahasa indoneasia Jakarta:Rosda

Guntur hendri .1991 .metodologi pengajaran bahasa .bandung: Angakasa

Ajib rosidi.2011.Bahasa Indonesia kita.jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya

Harwintha Yuhria Anjarningsih.2010.Otak Berbahasa. Yogjakarta : Pustaka Rihama

Purwanto ngalim .2002. Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran. Bandung:            PT Remaja Rosda Karya

Muslich Masnur.2010. Bahasa Indonesia pada era globalisasi .Malang: Bumi Aksara

Fatoni. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Menyimak Berbicara.
Online. Available at:http://fatonipgsd071644221.wordpress.com. Accesed 13/03/15

Farida Nurhasanah. 2009. Teori-Belajar-Kognitif. Online. Available at: http://hasanahworld.wordpress.com. Accesed. 13/03/15

Zulkifli. 2003. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya
http://diy4h.wordpress.com/psikologi-perkembangan/

Zaman,Saefu. 2010. penguasaan bahasa – panduan praktis belajar bahasa indonesia,bahasa dan sastra Indonesia file:///C:/Documents%20and%20Settings/ Ukhuwah/Phone%20Browser/My%20Documents/Unduhan/penguasaan-bahasa.html


[1] Harwintha Yuhria Anjarningsih.2010.Otak Berbahasa. Yogjakarta : Pustaka Rihama.Hal.10
[2] Ajib rosidi.2011.Bahasa Indonesia kita.jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya .Hal.17
[3] Harwintha Yuhria Anjarningsih.2010.Otak Berbahasa. Yogjakarta : Pustaka Rihama.hal.12
[4] Guntur hendri .1991 .metodologi pengajaran bahasa .bandung: Angakasa.hal. 40
[5] Zulela. 2012.pembelajaran bahasa indoneasia Jakarta:Rosda.hal. 34
[6] Fatoni. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Menyimak Berbicara. Online. Available at:http://fatonipgsd071644221.wordpress.com. Accesed 13/03/2015
[7] Purwanto ngalim .2002. Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran. Bandung: Pt Remaja Rosda Karya.hal.50
[8] Purwanto ngalim .2002. Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran. Bandung: Pt Remaja Rosda Karya.hal.45
[9] Farida Nurhasanah. 2009. Teori-Belajar-Kognitif. Online. Available at: http://hasanahworld.wordpress.com. Accesed. 13/03/15
[10] Guntur hendri .1991 .metodologi pengajaran bahasa .bandung: Angakasa .hal.40
[11] Guntur.Ibid .hal .65

Tidak ada komentar:

Posting Komentar