Jumat, 27 Februari 2015

LIRIK LAGU NAMA-NAMA BUNGA DALAM BAHASA INGGRIS



  FLOWERS
Rose Itu Bunga  mawar
Jasmine itu Melati
Anggrrek itu Orchid
Water Lily Bunga Teratai
Carnation itu Bunga Anyelir
Paper Flowers itu Bunga Kertas

Dahlia ,Dahlia

The Ylang bunga Kenanga

Frangipani Itu bungalah  kamboja

....Si jengger ayam

Chrysanthemum  Bunga seruni

Sunflower  bunga matahari

Hibiscus Bunga sepatu

Wilg Lily si bunga bakung

Dulle Bunga terompet




CARA MEMBINA DENGAN SISTEM AMONG



CARA MEMBINA DENGAN SISTEM AMONG


Description: STAIN WARNA.TIF
 








Dibuat Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Pramuka”
Disusun Oleh Kelompok II :
RENI OKTIANI.S (12591138)
PENI SUSILAWATI (12591149)
NUGROHO APRIANTO (125911  )


PROGRAM STUDI  PGMI IV E
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) CURUP
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Pramuka, atau sering juga disebut pandu atau kepanduan (Inggris : scouting) adalah sebuah gerakan pemuda yang telah merambah ke seluruh dunia. Gerakan kepanduan terdiri dari berbagai organisasi kepemudaan, baik untuk pria maupun wanita, yang bertujuan untuk melatih fisik, mental, dan spiritual para pesertanya dan mendorong mereka untuk melakukan kegiatan positif di masyarakat.
Gerakan pramuka sebagai wadah pendidikan non formal, memiliki tanggungjawab dalam rangka mendidik dan membina kaum muda Indonesia guna mengembangkan mental, moral, spiritual, emosional, intelektual, dan fisiknya sehingga menjadi sosok berkepribadian, berwatak, dan berbudi pekerti luhur serta menjadi warga negara Republik Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.      Rumusan Masalah
1.              Bagaimana cara membina dengan sistim among ?
2.              Apa peran, Tugas dan tanggung jawab pembina ?
3.              Bagaimana komunikasi dan bergaul dengan peserta didik ?
4.              Bagaimana mengelola satuan pramuka ?

3.      Tujuan Penulisan
1.             Untuk mengetahuai cara membina dengan sistim among.
2.             Untuk mengetahuai peran, Tugas dan tanggung jawab pembina.
3.             Untuk mengetahuai komunikasi dan bergaul dengan peserta didik.
4.             Untuk mengetahuai mengelola satuan pramuka.



BAB II
PEMBAHASAN

1.      Cara Membina Dengan Sistim Among
Sistem Among adalah hasil pemikiran dari Raden Mas Suwardi Suryaningrat yang dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional Indonesia yang juga pendiri Perguruan Taman Siswa. Beliau dilahirkan pada tanggal 2 Mei 1889 dan wafat pada tanggal 28 April 1959. Untuk mengenang jasanya dalam dunia pendidikan, tanggal 2 Mei ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional Indonesia.
Pendidikan dalam Gerakan Pramuka ditinjau dari hubungan antara Pembina dengan peserta didik bersendikan sistem Among. Sistem Among berarti mendidik anggota Gerakan Pramuka menjadi insan yang merdeka jasmani, rokhani, dan pikirannya, disertai rasa tanggungjawab dan kesadaran akan pentingnya bermitra dengan orang lain.
Sistem Among adalah sistem pendidikan yang dilaksanakan dengan cara memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk dapat bergerak dan bertindak secara leluasa, dengan sejauh mungkin menghindari unsur-unsur perintah, keharusan, paksaan, sepanjang tidak merugikan, baik bagi diri peserta didik maupun bagi masyarakat sekitarnya, dengan maksud untuk menumbuhkan dan mengembangkan rasa percaya pada diri sendiri, kreatifitas, dan aktifitas sesuai dengan aspirasi peserta didik (Reka Kerja, 2011:17). Sistem Among memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan kepribadiannya, bakat, kemampuan, dan cita-citanya.
Kata “Among” berarti mengasuh, memelihara, menjaga, merawat. Sedangkan orang yang melaksanakan “Among” disebut sebagai “Pamong”, yaitu orang yang memiliki kepandaian dan pengalaman lebih dari yang diamong. Dalam gerakan pramuka, Pembina pramuka adalah Pamong (Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar, 1983 : 51).
v  Alasan Penerapan Sistem Among
Sasaran proses pendidikan kepramukaan itu adalah mental, fisik, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman peserta didik dalam Gerakan Pramuka yang sasaran akhirnya adalah menjadikan para Pramuka itu sebagai tenaga kader pembangunan yang bermoral pancasila.
Sasaran proses pendidikan itu dikatakan tercapai dengan efektif kalau sikap, tingkah laku, dan kegiatan peserta didik merupakan refleksi dari proses pendidikan yang dialaminya. Tegasnya, hasil pendidikan Kepramukaan itu membudaya pada diri setiap Pramuka.
Untuk mencapai maksud itu, maka proses pendidikan itu harus diberikan secara kongkrit. Untuk mengkongkritkan sesuatu pada peserta didik, jalan yang praktis dan mudah adalah dengan menggunakan contoh. Contoh tersebut dapat berupa contoh teladan yang diberikan oleh pendidik, yang dalam hal ini adalah Pamong.
Apabila bahan disampaikan kepada peserta didik berupa contoh-contoh yang sangat kongkrit, maka peserta didik akan mengalami proses melihat, lalu tahu, kemuadian mengerti, dan akhirnya paham. Jika keempat proses ini terlaksana, maka peserta didik dapat dikatakan menghayati bahan tersebut.
Dengan penghayatan ini, berarti peserta didik akan menggunakan bahan tersebut dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga bahan itu telah menjadi miliknya dan membudaya dalam dirinya. Dengan membudayakan bahan pendidikan pada setiap peserta didik, maka perlu diberi motivasi agar dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah membuadaya itu, peserta didik dapat mengembangkan diri dan mampu untuk berkarya atas dasar karsanya yang positif.
Diterapkannya sistem Among dalam Gerakan Pramuka, tidaklah karena sistem Among itu merupakan hasil pemikiran yang dilandasi oleh prinsip-prinsip filsafat, ideology, ilmu jiwa dan bahwa diakui dalam ilmu pendidikan dan ilmu pengajaran mutakhir, tetapi juga sesuai proses yang diuraikan di atas. Ketegasan proses itu adalah tampak pada ungkapan sistem Among dalam bentuk kalimat sederhana : Ing ngarso sung tulodho maksudnya di depan menjadi teladan, Ing madyo mangun karso maksudnya di tengah membangun kemauan, Tut wuri handayani artinya di belakang memberi motivasi.
Gerakan Pramuka menyelenggarakan pendidikan Kepramukaan dalam rangka membina watak anak, remaja dan pemuda Indonesia, agar mereka menjadi manusia yang bermoral Pancasila. Pendidikan moral tidak akan berhasil dilakukan dalam bentuk klasikal dan masal, lebih efektif dilaksanakan secara individual.
v  Penerapan Sistem Among
Proses pendidikan Kepramukaan atas dasar sistem Among, harus dilaksanakan dalam suasana kekeluargaan. Penerapan sistem Among dalam Gerakan Pramuka tidak lain merupakan tuntutan sikap laku seorang Pembina harus menjadi manusia pemberi teladan, manusia pendorong positif bagi peserta didik.
Sistem Among mengharuskan Pembina mempunyai sikap laku yang sesuai dengan :
a)      Di depan memberi teladan (Ing ngarso sung toludho)
b)      Di tengah-tengah membangun kemauan (Ing madyo mangun karso)
c)      Di belakang memberi dorongan (Tut wuri handayani)
Dalam melaksanakan tugasnya, Pembina harus memelihara sikap baik yang berdasarkan pada :
a)      Rasa cinta kasih, rasa keadilan, rasa kepantasan dan rasa kesanggupan berkorban
b)      Rasa disiplin disertai inisiatif dan rasa tanggungjawab terhadap Tuhan, masyarakat dan dirinya.
Sistem Among dalam Gerakan Pramuka, para Pramuka dibiarkan berkembang pribadinya, bakatnya, kemampuannya, cita-citanya, tugas Pamong/Pembina hanyalah menjaga, membenarkan, meluruskan, mendorong, memberi motivasi, tempat bertanya, dan tempat meminta pertimbangan. Para Pramuka harus diperlakukan dan dihargai sebagai subyek didik, bukan sebagai obyek didik belaka. Sistem Among berarti bahwa semua kegiatan Kepramukaan, sebagai proses pendidikan, dilaksanakan dalam bentuk kegiatan-kegiatan nyata dengan contoh-contoh nyata, dapat dimengerti dan dihayati, tidak dengan paksaan atau atas perintah, atas dasar minat dan karsa para Pramuka. Pembina Pramuka harus mampu memberi contoh, pelaksanaan, tidak hanya pandai memerintah atau meminta dilayani, serta menuntut perlakuan istimewa dari peserta didik
Sistem Among digunakan secara terpadu, tidak terpisah-pisah, satu dengan lainnya saling berkaitan, karena itu untuk semua golongan peserta didik (S,G,T,D) digunakan teladan, memberikan daya kreasi dan dorongan. Ketiga golongan peserta didik itu memerlukan :
1.      Konkritisasi (Perwujudan): Contohnya teladan untuk mengenal, mengetahui, mengerti, dan memahami.
2.      Daya Kemampuan: Pengembangan kemampuan berkarya atas dasar karsanya.
3.      Dorongan/Motivasi: Motivasi untuk berani berdiri di atas kaki sendiri. Namun tentu saja sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Kepramukaan dan metodik pendidikan Kepramukaan , pelaksanaannya akan berbeda.\

2.      Peran, Tugas dan Tanggung Jawab Pembina
1)      Peran Pembina
a)      Orang tua yang dapat memberi penjelasan, nasehat, pengarahan dan bimbingan
b)      Guru yang mengajarkan berbagai keterampilan dan pengetahuan
c)      Kakak yang dapat melindungi, mendampingi dan membimbing adik-adiknya, yang memberi kesempatan  untuk memimpin dan mengelola satuannya
d)     Mitra, teman yang dapat dipercaya, bersama-sama menggerakkan kegiatan-kegiatan agar menarik, menyenangkan dan penuh tantangan sesuai usia golongan pramuka,
e)      Konsultan, tempat bertanya, dan berdiskusi tentang berbagai masalah
f)       Motivator, memotivasi untuk meningkatkan kualitas diri dengan  berkreativitas, berinovasi, dan aktualisasi diri, membangun semangat untuk maju.
g)      Fasilitator, memfasilitasi kebutuhan dalam kegiatan peserta didik
2)      Tugas Pembina Pramuka
Memberikan pembinaan agar peserta didik menjadi:
a)      Manusia berkepribadian, berwatak, dan berbudi pekerti luhur,
b)      Warga negara Rebuplik Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Rebuplik Indonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna.
c)      Menerapkan Prinsip Dasar Kepramukaan, Metode Kepramukaan, Kiasan Dasar dan Sistem Among dalam proses pembinaan
d)     Memberi pengayaan dengan mengikuti perkembangan sehingga kegiatan kepramukaan bernuansa kekinian (up to date), bermanfaat bagi peserta didik dan masyarakat lingkungannya, serta tetap berada dalam koridor ketaatan terhadap Kode Kehormatan Pramuka.
e)      Menghidupkan, membesarkan gugusdepan dengan selalu memelihara kerjasama yang baik dengan orang tua/wali pramuka dan masyarakat.

3)      Tanggung jawab Pembina Pramuka
Dalam melaksanakan peran dan tugasnya, tanggung jawab Pembina Pramuka ialah sebagai berikut:
Pembina Pramuka bertanggung jawab atas:
a.       Terselenggaranya kepramukaan pada satuan pramuka ialah sebagai berikut.
b.      Tetap terjaganya pelaksanaan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan pada semua kegiatan pramuka
c.       Terselenggaranya kepramukaan yang teratur dan terarah sesuai dengan visi dan misi Gerakan Pramuka , akan menjadi media pembinaan pengembangan  mental-spiritual-moral, pisik, intelektual, emosional, dan sosial, sehingga peserta didik akan memiliki kematangan dalam upaya peningkatan kemandiriannya serta aktivitasnya di masyarakat.
d.      Terwujudnya peserta didik yang berkepribadian, berwatak, berbudi pekerti luhur, dan sebagai warga negara Republik Indonesia yang berjiwa Pancasila, yang setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta menjadi anggota masyarakat yang baik berguna.
e.       Dalam melaksanakan  tugasnya Pembina Pramuka bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa, Masyarakat, Pembina Gugusdepan dan diri pribadinya sendiri.

3.      Komunikasi dan Bergaul dengan Pendidik
a.       Komunikasi Terhadap Peserta Didik
Dengan adanya komunikasi yang baik, antara Pembina dengan Peserta didik akan dapat menghilangkan rintangan - rintangan komunikasi mencegah kesalah pengertian, dan mengembangkan pembentukan sikap.  Lebih lanjut komunikasi dan bergaul bertujuan untuk menggiatkan peserta didik terlibat dalam kegiatan dengan semangat kerja sama yang tinggi dan dilaksanakan dengan senang hati.
v  Komunilkasi yang baik didukung oleh sikap :
1)      Egaliter atau kesetaraan
2)      Sopan dan santun
3)      Menepati janji dan saling mempercayai.
4)      Tahu berterima kasih
5)      Menghargai waktu
6)      Bertutur kata yang baik dan jelas, suara maupun makna (tidak ambigus atau mendua arti)
7)      Ramah dan bersahabat
8)      Tidak menggurui, tidak merasa paling tahu, tidak merasa paling bisa, dan tidak merasa paling hebat, sehingga orang merasa tidak ada tekanan ketika akan mengemukakan pendapat.
9)      Memberi kesempatan dan melatih peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat.
10)  Mengkritisi dengan bijaksana
11)  Tidak memotong pembicaraan orang lain.
v  Dengan adanya komunikasi yang baik antara Pembina dengan peserta didik, akan tercipta :
1)      suasana persaudaraan yang erat.
2)      saling mempercayai
3)      kelancaran proses kegiatan yang sedang dilaksanakan
4)      proses saling menerima dan memberi
5)      kemudahan mengatasi masalah-masalah yang muncul pada proses kegiatan.
b.      Bergaul Dengan Peserta Didik
Bergaul dalam Satuan Pramuka adalah segenap aktivitasi penyatu paduan antara kegiatan, Pembina dan Peserta didik, sehingga akan timbul hubungan timbal balik yang bermanfaat antara kegiatan  - pembina - peserta didik yang saling mempengaruhi sehingga akan tercapainya kesuksesan.
v  Pergaulan dengan Peserta Didik
1)      adanya sinkronisasi antara tujuan Prodik dengan tujuan pribadi peserta didik dalam satuan Pramuka.
2)      terciptanya suasana kerja yang menyenangkan.
3)      adanya informalitas yang wajar dalam hubungan kerja.
4)      peserta didik ditempatkan sebagai subjek.
5)      mengembangkan kemampuan para anggota sampai tingkat yang maksimal.
6)      adanya tugas - tugas yang menarik dan menantang.
7)      adanya alat perlengkapan yang cukup.
8)      setiap anggota difungsikan menurut keahlian dan kecakapannya.
9)      diberikan penghargaan saat anggota berprestasi.

4.      Mengelolah Satuan Pramuka
1.      Mengelola satuan dapat diartikan :
a.       Menggerakkan anggota dalam satuan Pramuka untuk mencapai tujuan
b.      Seni mengelola satuan
Pendidikan kepramukaan merupakan proses pendidikan berkelanjutan yang diawali dari kegiatan Pramuka Siaga, ke kegiatan Pramuka Penggalang, dilanjutkan ke kegiatan Pramuka Penegak sampai dengan berakhirnya Pramuka Pandega.
Ø  Cara Mengelola satuan
1)      Bersama peserta didik menyusun program kegiatan yang sesuai dengan keinginan peserta didik.
2)      Menetapkan sasaran kegiatan pada kegiatan - kegiatan   golongan (diperlukan adanya sasaran kegiatan Siaga, Penggalang, Penegak dan sasaran kegiatan untuk Pandega).
3)      Menyajikan kegiatan - kegiatan yang menarik, menyenangkan dan menantang serta mengandung pendidikan di alam terbuka, diantaranya:
1) berkemah
2)  pejelajahan/pengembaraan/hiking/lintas alam
3)  survival training
4)  api unggun
5) pelantikan
6) mountainering
7) PPPK dan pengabdian masyarakat, dll.
4) Memfungsikan peserta didik lebih sebagai subyek pendidikan dari pada sebagai objek pendidikan diantaranya dengan jalan :
a)      Memberi kesempatan memimpin satuan dalam setiap kegiatan satuan.
b)      Memberi kesempatan melatih dan mengembangkan jiwa kepemimpinan serta keterampilan memimpin, menyusun perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan melalui Dewan Siaga, Dewan Penggalang, Dewan Penegak, dan Dewan Pandega.
c)      memberi kesempatan untuk ikut serta mengadministrasikan kegiatan.
Pembina Pramuka hendaknya selalu berada di tengah-tengah peserta didik dalam semua kegiatan kepramukaan untuk dapat menerapkan Prinsip Dasar Kepramukaan, Metode Kepramukaan, Pelaksanaan Kode Kehormatan, menerapkan Kiasan Dasar, dan perwujudan Motto Gerakan Pramuka.
Mengelola Satuan merupakan seni menggerakkan anggota / peserta didik untuk melaksanakan kegiatan dengan senang hati dan merasa bukan karena dorongan orang lain, melainkan mereka melakukan kegiatan itu karena kebutuhannya sendiri. Pembina Pramuka hendaknya mampu menciptakan suasana  peserta didik bergiat secara sukarela karena kegiatan yang tersajikan tersebut dirasakan mereka sangat dibutuhkan bagi pengembangan dirinya.
Situasi tersebut dapat terwujud bilamana  Pembina Pramuka selalu :
a)      berusaha memegang teguh keputusan bersama yang telah disepakati
b)      menjalin komunikasi yang baik dengan peserta didik.
c)      mengadakan hubungan kerja dengan para pemimpin satuan dan anggota, dalam pelaksanaan kegiatan kepramukaan .
d)     mengembangkan keterampilan kepemimpinan peserta didik.
e)      mengelola satuan dengan rasa cita kasih.
f)       dapat menepatkan diri sebagai nara sumber, dan sebagai figur yang dapat menjadi teladan.



BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sistem Among adalah sistem pendidikan yang dilaksanakan dengan cara memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk dapat bergerak dan bertindak secara leluasa, dengan sejauh mungkin menghindari unsur-unsur perintah, keharusan, paksaan, sepanjang tidak merugikan, baik bagi diri peserta didik maupun bagi masyarakat sekitarnya, dengan maksud untuk menumbuhkan dan mengembangkan rasa percaya pada diri sendiri, kreatifitas, dan aktifitas sesuai dengan aspirasi peserta didik (Reka Kerja, 2011:17).
Agar seorang Pembina Pramuka dapat memerankan dirinya dengan baik seyogyanya melengkapi diri dengan berbagai pengetahuan dan menghayati dengan baik prinsip-prinsip dalam kepramukaan, sehingga dapat mengikuti kegiatan yang menyenangkan bagi peserta didik. Sebagai Pembina Pramuka kita akan menjadi subyek yang akan ditiru oleh para peserta didik.
Tugas dan tanggung jawab yang membebani Pembina Pramuka cukup berat, namun tugas mendidik anak bangsa agar dapat menjadi anak bangsa  yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, merupakan tugas suci dan mulia.
Dengan adanya komunikasi yang baik, antara Pembina dengan Peserta didik akan dapat menghilangkan rintangan - rintangan komunikasi mencegah kesalah pengertian, dan mengembangkan pembentukan sikap.
Bergaul dalam Satuan Pramuka adalah segenap aktivitasi penyatu paduan antara kegiatan, Pembina dan Peserta didik, sehingga akan timbul hubungan timbal balik yang bermanfaat antara kegiatan  - pembina - peserta didik yang saling mempengaruhi sehingga akan tercapainya kesuksesan.
Mengelola Satuan merupakan seni menggerakkan anggota/peserta didik untuk melaksanakan kegiatan dengan senang hati dan merasa bukan karena dorongan orang lain, melainkan mereka melakukan kegiatan itu karena kebutuhannya sendiri. Pembina Pramuka hendaknya mampu menciptakan suasana  peserta didik bergiat secara sukarela karena kegiatan yang tersajikan tersebut dirasakan mereka sangat dibutuhkan bagi pengembangan dirinya.

DAFTAR PUSTAKA